SIGER
Menara Siger
Minggu, 02 Agustus 2020
Selasa, 21 Juli 2020
SUKHAT TENGEPPIK adalah sebuah surat yang ditulis oleh muli/gadis ulun lampung yang berisikan pemberitahuan terhadap keluarga tentang keberadaannya setelah melaksanakan SEBAMBANGAN .
Biasanya surat ini di simpan bersama uang yang di berikan oleh si mekhanai/bujang sebagai adab dan tanda hormat terhadap keluarga si wanita/mulli ,dan biasanya di simpan di bawah bantal di kamar si mulli sebelum kepergian si mulli/gadis ulun lampung untuk melaksanakan SEBAMBANGAN.
#Tabik kantu nyalahan 🙏🙏🙏
=======================
Ajo Sukhat Ku Ina
Ku Tulis Jinno Debbi
Hati Mak Lagi Khiwa
Ya Mula Ku Lapahi
Kilu Mahap Khik Khila
Sumbah Nuju Di Kuti
Udo,Abang,Khik Kaka
Alak,Minan,Sunyinni
Bapak Kahudku Juga
Nyak Kilu Happunanni
Nyani Kuti Tekebba
Tekejjud Mamang Ati
Kidang Pengatu Ina
Kuti Dang Watekh Lagi
Nyak Lapah Mak Terpaksa
Senang Khik Suka Hati
Calon Mantu Sa Ina
Mekhanai Tanjung Sakti
Anakni Batin Jaksa
Umpu Khadin Dipati
Jekhmani Bu-Igama
Jojong Manan Khik Kasi
Ya Anak Tan Sai Tuha
Tiyan Khuwa Muakhi
Gelakhni Abang Reza
Mekhanai Calaq Ngisi
Pekhangai Berwibawa
Sangun Sekula Tinggi
Kekhja Di Kattukh PEMDA
SK Pegawai Negeri
Usunganni Innova
Khadu Milik Pribadi
Kibauni Lamon Nana
Mawat Kehitung Lagi
Bisnisni Dipa-ipa
Bumacom-macom Khinci
Wat Saham Di Mayora
Togok Di Alfa Midi
Wat Munih Pabrik Kopra
Tegak Di Kota Bumi
Duwit Lom Tabunganna
Tesippon Di BRI
Enol Bujejekh Siwa
Angka Lima Depanni
Ki Sabah Dang Ditanya
Bekhak Induh Ko Lagi
Mittakh Jak Sukadana
Labas Di Tanjung Sakti
Kikha Khenno Pai Ina
Dang Kuti Watekh Hati
Lapahanku Nyenghaja
Khadu Pakat Khik Janji
Kelajuanku Dipa
Ki Mawat Ku Lapahi
Badan Khadu Metuha
Khadu Sedong Masani
Sikam Berkeluarga
Nyepok Hakhungan Dikhi
Hayuni Munih Juga
Kuti Lagi Bedikhi
Tikacah Museddih Ga
Ki Kuti Mawat Lagi
Sikam Ampai Pugapa
Nungah Bubatuy Benni
Penguncu'anni Cawa
Kilu Ku Di Mahani
Do Ngah Abang Sunyinna
Adik Nakan Ku Lawi
Kantubang Subuh Bekka
Wat Kayunan Tan Dudi
Tamukon Wewwah Muka
Tekhima Hanjak Hati
Pupud Tulisan Dija
Wassalam Ku Akhiri
Anakmu Kilu Khila
Hampun Sunyin-unyinni
=====================
Tabik Pun ;
Tiyuh Sayang, 04 Juli 2020
Oleh : R I Z K I S E L A G A I
Selasa, 26 Oktober 2010
WAY KAMBAS
Bersafari Gajah di Way Kambas
Dari kota Bandar lampung ke Way Kambas ini berjarak mencapai 120 km dengan waktu tempuh sekita 2 jam perjalanan.
Way Kambas dapat ditempuh melalui dua jalur, jalur pertama adalah melalui jalur Bandar lampung - Metro- Sukadana-Tridatu, masuk ke Way Kambas.
Sedangkan jalur ke dua ditempuh melalui jalur Bandar lampung Tanjung bintang-Sribhawono-Way jepara Tridatu masuk ke Way kambas.
Dua jam dalam perjalanan menuju Way kambas melalui jalur ke dua kita dapat menyaksikan perkebunan karet yang membentang cukup luas, mulai dari perkebunan karet yang sudah tidak produktif lagi karena usianya yang telah tua, maupun kebun karet yang masih belum berproduksi karena usianya masih cukup muda. kemudia kita akan melintasi perkampungan Suku asli lampung, dengan ciri khasnya yaitu rumah panggung yang kebanyakan terbuat dari papan dari kayu yang sangat berkwalitas. tak lama kemudian kita akan tiba di Taman Nasional Way kambas.
Melihat lebih dekat binatang besar yang tidak tahan panas ini, kita akan sering melihatnya merendamkan tubuhnya dikolam pemandian gajah yang tersedia tidak jauh dari arena tersebut. Gajah merupakan salah satu hewan yang tidak tahan kotor, setiap sore selalu dimandikan sebelum dimasukkan kedalam kandang.
Bagi wisatawan yang datang ketempat ini banyak hal yang dapat dilakukan, seperti naik gajah keliling arena way kambas selama 15 menit anda akan dikenakan biaya Rp.10.000,- untuk dewasa dan Rp.5.000,- untuk anak-anak.
Untuk bersafari dengan naik gajah masuk kedalam hutan selama satu jam, kita akan merasakan kembali kealam ( back to nature ).
Biaya yang dikenakan untuk bersafari gajah adalah Rp.250.000,- untuk wisatawan mancanegara, sedangkan untuk wisatawan lokal adalah Rp.150.000,- selebihnya kita bisa bermain-main dengan gajah-gajah yang sudah jinak.
Ada juga paket safari night, yaitu naik gajah masuk hutan pada malam hari, dengan harga paket Rp.500.000,- / Orang untuk Wisman, dan Rp.250.000,-/orang untuk wisatawan lokal.
Way Kambas akan membuat kesan tersendiri dihati pengunjungnya, kesan tak terlupakan karena tidak dijumpai tempat dan suasana ditempat lain.
Roesli
( buletin PW )
TELUK KILUAN
TELUK KILUAN
Atraksi lumba-lumba
Teluk Kiluan , tempat yang menyimpan keindahan yang tiada tara,serta keunikan yang membuat orang menjadi tergila-gila untuk selalu datang dan datang kembali ketempat yang cukup terpencil ini, namun menjanjikan ketenangan, dan kenyamanan bagi yang berkunjung ketempat ini.
Tempat ini merupakan laut lepas yang berbatasan dengan Samudra Hindia ini menyimpan keunikan yang jarang ditemukan ditemukan ditempat lain. Disini kita bisa melihat ratusan lumba-lumba yang lucu dan jinak ditempat habitat aslinya sungguh mengagumkan, jumlah lumba-lumba tersebar dibeberapa lokasi, diantaranya Lengkalit, Teluk Bera' Pulau Legundi, Pulau Rakata, Pulau Tabuan. disini kita bisa melihat Atraksinya melompat dan saling berlomba, berkejar2an dan ini bisa kita lihat dari dekat, bahkan kitapun merasakan keakraban dengan berinteraksi langsung dengan lumba-lumba.
Lumba-lumba inipun sangat jinak, bersenda gurau dekat sekali dengan perahu, bahkan kitapun dapat memegang dan mengusap-usap kepalanya.
ini bisa kita lakukan pada saat pagi hari, sebelum matahari meninggi, karena lumba-lumba kurang suka dengan cuaca yang panas. Atraksi seperti ini hanya dapat kita nikmati di Teluk Kiluan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Ada dua jenis lumba-lumba yang hidup disini. Jenis yang pertama adalah Lumba-lumba hidung botol,
( Tursiops truncatus )Lumba-lumba berbadan besar dengan tubuh berwarna abu-abu..yang ini sifatnya sedikit pemalu.
Sedangkan jenis lainnya adalah Lumba-lumba paruh panjang ( Stenella longirostris ) yang bertubuh lebih kecil , jenis ini sangat lucu, jinak dan senang melompat dan mengawal perahu.
Teluk Kiluan merupakan tempat yang langka, dengan keindahan alamnya, keramahan masyarakatnya, semuanya masih sangat alami, keasrian lingkungan serta keindahan dan kebersihan pantainya sangatlah mengagumkan, sehingga benar-benar menyenangkan, sehingga membuat para wisatawan yang berkunjung akan kembali merindukan untuk dapat kembali datang pada kesempatan lain.
Rsl B.Lampung
( Buletin PW )
Sabtu, 16 Oktober 2010
PRINSIF HIDUP MASYARAKAT LAMPUNG
Sebetulnya, budaya Lampung sejalan dengan agama Islam, sehingga tidak ada alasan untuk membangun image buruk tentang masyarakat Lampung. Kesesuaian dengan nilai-nilai agama itu bisa dilihat dalam hal menerima tamu, yang representasinya para pendatang di Lampung, sehingga Provinsi Lampung lebih dikenal sebagai “Indonesia Mini”. Artinya, keanekaragaman kultural yang ada di Lampung terjadi karena penerimaan masyarakat Lampung terhadap para pendatang.
Sebenarnya masyarakat Lampung sudah biasa menerima pendatang yang dianggap sebagai orang Lampung, asalkan mengikuti hukum adat yang berlaku. Dengan hubungan yang baik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli --termasuk untuk menumpang berladang di dalam salah satu marga Lampung-- membuat wilayah bersangkutan menjadi berkembang, sehingga menjadi kampung atau sukuh (tiuh) baru sebagai bagian dari marga Lampung yang telah ada," (Yoshie Peneliti dari Jepang)
Untuk mengenal lebih dekan masyarakat lampung kita harus mengerti sifat-sifat atau filsafat masyarakat Ulun lampung, sehingga tidak ada image negatif yang timbul. Kita harus sadar bahwa hidup di lampung, berpenghasilan di lampung, beranak pinak dilampung, adalah menjadi masyarakat lampung yang mempunyai akar kelampungan.
Sifat-sifat Orang Lampung
Menurut Kitab Kuntara Raja Niti
1. Pi'il Pesenggikhi
Malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri . Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku dan sikap hidup yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok yang senantiasa dipertahan.
2. Sakai Sambaian
Gotong Royong, Tolong-menolong, bahu membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukan bagi pihak lain.
3.Nemui Nyimah
Saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu. Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang berhubungan dengan dengan masyarakat lampung
4.Nengah Nyampukh
Tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesediaan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan pengetahuan luas.
5.Bejuluk Adok
Tata ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwariskan turun temurun dari zaman dahulu. Mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya.
Ungkapan Prinsip Orang Lampung dalam Adi-adi (Pantun Lampung)
Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri
Mulia hina sehitung, wat malu rega diri
Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari
Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi
Dengan senantiasa dilandasi dengan semangat hidup atau dikenal dengan 5 (lima) filosofi/prinsip hidup yaitu : Pi'il Pesenggiri, Bejuluk Beadek, Nemuy Nyimah, Nengah Nyappur dan Sakay Sembayan, yang merupakan tekad masyarakat Lampung dengan kesadaran bersama sehingga tetap terpelihara kerukunan antar sesama masyarakat yang saling asah, saling asih dan saling asuh.
PAHRIL HUTRI SAYSUKAU (02:44. 23-02-2009)
sumber
www.wikipedia.com
www.kapanlagi.com
Selasa, 12 Oktober 2010
MENGENAL LAMPUNG
Jak Danau Ranau tigoh di pantai Laut Jawo
Jak Kayu Agung tegoh Teluk Betung
Sina do sai pekon sikam, sina sai tiuh badan
Masyakat Adat Lampung
Masyarakat Lampung mempunyai falsafah Sai Bumi Ruwa Jurai, yang artinya sebuah rumah tangga dari dua garis keturunan, masing-masing melahirkan masyarakat beradat pepadun dan masyarakat beradat sebatin. Sekarang, pengertian Sai Bumi Ruwa Jurai diperluas menjadi masyarakat Lampung asli (suku Lampung) dan masyarakat Lampung pendatang (suku-suku lain yang tinggal di Lampung).
Nenek moyang orang Lampung menurut legenda adalah Puyang Mena Tepik di negeri Sekalabrak. Daerah ini dinamai Lampung karena jika dilihat dari laut seperti bukit yang mengapung.
Aksara Lampung merupakan aksara "ka-ga-nga" yang mirip dengan aksara Batak, aksara Bugis, dan aksara Sunda Kuna (bukan ha-na-ca-ra-ka).
Seperti dikatakan tadi masyarakat adat Lampung terbagi dua, yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin.
Masyarakat beradat Pepadun terdiri dari:
Pertama, Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
Kedua, Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
Ketiga, Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
Keempat, Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Belambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.
Sedangkan masyarakat beradat Sebatin terdiri dari: Pertama, Peminggir Paksi Pak (Ratu Tundunan, Ratu Belunguh, Ratu Nyerupa, Ratu Bejalan di Way). Kedua, Komering-Kayuagung, yang sekarang termasuk Propinsi Sumatera Selatan. Masyarakat Peminggir mendiami sebelas wilayah adat: Kalianda, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semangka, Belalau, Liwa, dan Ranau. Lampung Sebatin juga dinamai Peminggir karena mereka berada di pinggir pantai barat dan selatan.
Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga
diri),
2. Juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
3. Nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima
tamu),
4. Nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
Dan
5. Sakai-sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat
lainnya).
Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Propinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun):
Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri
Mulia hina sehitung, wat malu rega diri
Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari
Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi.
Sejarah Singkat Lampung
Pada zaman Hindu-Buddha, Lampung termasuk daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Hal ini ditandai oleh prasasti dari Datu (Raja) Sriwijaya bertarikh 608 Saka (686 Masehi) yang ditemukan di desa Palas Pasemah, daerah Kalianda. Berita Tionghoa juga menyebutkan kerajaan To-lang-po-hwang, dan mungkin nama itu sebutan Cina untuk Tulangbawang. Tetapi sampai kini belum ada bukti prasasti tertulis yang menunjang adanya kerajaan tersebut.
Di desa Bawang, antara Liwa dan Gunung Pesagi, ditemukan prasasti Hujung Langit yang bertarikh 9 Margasira 919 Saka (12 November 997 Masehi), sebagaimana tercantum dalam buku Prof Dr Louis-Charles Damais, Epigrafi dan Sejarah Nusantara, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, hh.26-45. Nama raja yang mengeluarkan prasasti itu tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof Damais namanya Sri Haridewa. Inilah nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti! Melihat lokasinya, barangkali prasasti tersebut ada hubungannya dengan Kerajaan Sekalabrak yang legendaris itu.
Pada abad ke-14 tercatat Kerajaan Buway Tumi. Menurut sumber sejarah Sunda, salah seorang putri Buway Tumi yang bernama Dewi Ratna Sarkati diambil menjadi permaisuri Prabu Wastu Kancana dari Kerajaan Sunda. Menurut cerita turun-temurun, Dewi Ratna Sarkati membawa pisang muli (bahasa Lampung: muli = gadis) ke tanah Sunda, yang sampai sekarang tetap disebut "cau muli" oleh masyarakat Jawa Barat.
Bersamaan dengan masuknya agama Islam dari Banten ke Lampung pada masa Sultan Maulana Hasanuddin abad ke-16, Lampung berada di bawah pengaruh Kesultanan Banten. Konon kabarnya Fatahillah (panglima Demak asal Pasai, pendiri kota Jakarta, dan pelopor pengislaman Banten) menikahi Putri Sinar Alam dari Keratuan Darah Putih di Lampung. Menurut Thomas Walker Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam, yang diterjemahkan oleh Nawawi Rambe, Sejarah Da'wah Islam (Widjaya, Jakarta, 1979, h. 324), Islam masuk ke Lampung dari Banten dengan dibawa oleh seorang pemimpin adat Lampung yang bernama Minak Kemala Bumi.
Daerah Lampung dibagi menjadi beberapa ‘kejonjoman’ (semacam kabupaten) yang masing-masing dikepalai seorang jonjom mewakili sultan Banten. Ketika Banten dikalahkan VOC pada abad ke-18 (sekitar tahun 1750), Lampung ikut menjadi daerah jajahan Belanda. Tetapi ini hanya di atas kertas perjanjian VOC dengan Banten, sebab kenyataannya kekuasaan kolonial baru tertanam di Lampung pada tahun 1817, dengan terbentuknya Lampongsche Districten di bawah seorang residen yang berkedudukan di Terbanggi. Pada tahun 1847, pemerintah Hindia-Belanda memindahkan ibukota (kedudukan residen) dari Terbanggi ke Teluk Betung.
Perlawanan yang terkenal dalam menentang kolonialisme Belanda adalah Perang Lampung (Lampong Oorlog) pada abad ke-19 yang dilancarkan oleh Radin Intan dari Kalianda selama 30 tahun (1826-1856), sezaman dengan Perang Jawa dari Pangeran Diponegoro serta Perang Paderi dari Tuanku Imam Bonjol. Perang Lampung berakhir dengan gugurnya Radin Intan. Kini Radin Intan telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai salah seorang Pahlawan Nasional.
Pada tahun 1917 daerah Lampung dibagi menjadi dua afdeling dan enam onderafdeling. Pertama, Afdeling Teluk Betung yang meliputi Onderafdeling Teluk Betung, Semangka, dan Katimbang. Kedua, Afdeling Tulang Bawang yang meliputi Onderafdeling Tulang Bawang, Seputih, dan Sekampung.
Di zaman pendudukan Jepang (1942-1945), daerah Lampung berada di bawah pimpinan seorang Suchokkan Kakka, dan dibagi dalam tiga bunshu (Telukbetung, Metro, Kotabumi). Setiap bunshu terdiri dari beberapa gun (kewedanaan) yang membawahi marga-marga.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, daerah Lampung menjadi keresidenan yang tergabung ke dalam Propinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Palembang. Baru pada tahun 1964, melalui UU No.14 Tahun 1964, terbentuklah Propinsi Lampung dengan ibukota Tanjungkarang-Telukbetung (sekarang menjadi Bandar Lampung).
Ada adi-adi yang populer pada tahun 1964/1965 ketika Lampung baru menjadi provinsi:
Lah lawi matti hanjak, patut ni ram bugindang
Ngaliyak Lampung minjak, bupisah jak pulimbang.
Tujuh Pedoman Hidup Orang Lampung
1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya
kelai.
4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu,
pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas
milih-pilih.
5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah,
repa ulah riya ulih.
6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon
7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: way ni dang robok, iwa ni dapok.
Wassalam